Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2023
  Berurusan dengan Bapa October 1, 2023 Renungan Harian Ketika Tuhan Yesus berfirman,  “Apa gunanya orang beroleh segenap dunia kalau jiwanya binasa?”  sebenarnya kalimat itu juga bisa berarti, “Apa gunanya kamu menikmati kesenangan sesaat, namun setelah itu kamu tidak memiliki kebahagiaan selamanya?” Tuhan tidak mau kita seperti Esau yang sesaat menikmati semangkok makanan, tetapi kehilangan hak kesulungannya. Kehilangan jiwa berarti tidak memiliki keselamatan, terpisah dari Allah selama-slamanya. Dalam Ibrani 11:20, dikatakan,  “Karena iman maka Ishak, sambil memandang jauh ke depan, memberikan berkatnya kepada Yakub dan Esau.”  Sebenarnya berkat itu disediakan untuk Yakub dan Esau. Namun sayang sekali, pada akhirnya Esau tidak memperoleh bagian berkat.  Tuhan sangat mengasihi kita, seperti yang dikatakan dalam 2 Petrus 3:9-10, “Tuhan tidak menginginkan seorang pun binasa.” Tuhan menghendaki kita menikmati kekekalan yang indah, maka Yesus mati di kayu sal...

RENUNGAN HARIAN 30 SEPTEMBER 2023

  Lukisan Indah Kehidupan September 30, 2023 Renungan Harian Bagaimana kualitas hidup kita, tergantung kita masing-masing. Hidup bagai sebuah lukisan, dan seberapa indahnya lukisan hidup kita, tergantung kita. Namun yang tidak disadari oleh banyak orang adalah bahwa melukis keindahan membutuhkan kerja keras. Kita tidak bisa hidup suka-suka kita sendiri. Lalu dengan sendirinya nanti terlukis, tergambar, pemandangan yang indah di dalam hidup kita. Melukis keindahan itu perlu pertaruhan yang mahal. Di dalam pertaruhan itu kita harus berani membuang segala hal yang membuat lukisan kita tidak indah.  Lukisan hidup yang indah di hadapan Allah terlahir dari kehidupan yang selalu ada di hadapan Allah.  Kalau kita mempertahankan hidup di hadapan Allah, selalu di dalam hadirat Tuhan, berarti kita harus terus menjaga kekudusan dan tidak melakukan hal-hal yang Tuhan tidak ikut menikmatinya; maka lukisan akan tergambar indah dengan sendirinya. Jadi kerja keras kita adalah bagaimana ki...

Renungan Harian

  Kita harus sungguh-sungguh memisahkan diri dari dunia. Dalam hal ini, kita tidak memiliki pilihan lain. Ini tidak membuat kita menjadi konyol. Kita hadir di tengah-tengah dunia untuk menjadi terang dan garam, menjadi saksi Tuhan, saksi Kristus, di mana hidup kita menjadi sarana Tuhan untuk menjamah orang di sekitar kita. Jadi, kalau kita ada di tengah-tengah dunia, di mana kita bersentuhan dengan orang, kita hadir untuk menjadi saksi, menjadi saluran berkat. Kita tidak boleh sama dengan dunia. Mau tidak mau, kita memang harus bergaul di tengah-tengah masyarakat, keluarga besar, pekerjaan, kampus, tetapi ingat bahwa kita hadir untuk menjadi saksi. Karena kita adalah utusan Tuhan. Jadi, kalau firman Tuhan mengatakan,  “Baik kamu makan atau minum, atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah,”  di situ kita memenuhi firman Tuhan tersebut.  Kita harus memisahkan diri dari dunia, maka kegiatan-kegiatan yang tidak membuat iman kita bertumbuh, har...

Renungan

  Kita mengerti betapa malang keadaan yang dialami orang yang teraniaya, yang difitnah, yang diperlakukan tidak adil, dari kacamata dunia. Namun, jika kita melihat dari kacamata kekekalan, keadaan itu sangat kondusif untuk bisa membuat mereka menjadi patah hati dengan dunia. Dan kalau sudah begitu, baru mereka mulai memikirkan kehidupan kekal. Namun, kalau keadaan serba baik, semua serba lancar, mereka bisa saja tidak akan memikirkan kekekalan.   Padahal kita diciptakan bukan untuk kehidupan sementara, melainkan untuk kehidupan kekal . Maka, kita harus serius mengarahkan diri kepada Tuhan. Supaya kita mengambil hikmah dari keadaan hidup ini, guna memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Dan ini akan membuat kita—yang mengalami penderitaan—untuk serius memikirkan kekekalan. Allah itu baik. Dia ingin keadaan kita baik-baik, tetapi tentu harus baik dari sudut pandang Tuhan, bukan dari pandangan kita. Itulah sebabnya kita harus mendengar suara Tuhan yang murni ...